Ida Ayu Rusmarini, Pelestari Pengobatan Tradisional Khas Bali


Ida Ayu Rusmarini sekarang bisa berbangga hati. Upayanya selama 15 tahun melestarikan tanaman obat, tanaman upakara dan tanaman langka telah membuahkan hasil. Bersama Puri Damai, Ida Ayu Rusmini memberdayakan perempuan di sekitar tempat tinggalnya, melestarikan tanaman langka dan mengembangkan pengobatan tradisional khas Bali.

Upaya Ida Ayu Rusmarini berawal dari keresahannya melihat para perempuan di sekitar tempat tinggalnya di pinggiran kota Gianyar. Para ibu di Banjar Tunom, Desa Singakerta, Kecamatan Ubut ini sebagian besar bekerja ke sawah, mencari sisa-sisa padi yang tak terpanen oleh buruh tani. Saat ibu ke sawah, anak-anak terlantar, tak ada yang menjaga. Tak sedikit pula yang putus sekolah karena keterbatasan biaya.
http://www.kehati.or.id/download/warta_kehati/WK%20Maret-Mei_Final_lowres.pdf

Ida Ayu Rusmini berpikir keras untuk membantu meningkatkan taraf hidup mereka. “Kita organisir ibu-ibu petani. Kita berikan skill bagaimana menanam tanaman obat, membuat bibit. Para ibu diberi ketrampilan membuat minyak penyubur rambut, membuat lulur, cara massage dll. Anak-anak diajak menanam tanaman obat, membuat bibit di rumah, dan merawatnya. Tanaman obatnya nanti dibeli oleh Puri Damai.”

Mereka membentuk kelompok, Putri Toga Turus Lumbung, yang artinya awal kehidupan. Massage (pijat) kesehatan dipilih karena kebutuhan massage di Bali sangat tinggi, terutama untuk orang asing. Namun banyak para suami yang tak paham dan merasa menjadi pemijat adalah pekerjaan negatif. Akibatnya ibu-ibu takut dan berlatih secara diam-diam.

“Saya sampaikan pada para suami, ini pekerjaan mulia dan dapat menunjang ekonomi keluarga, bisa membantu menyekolahkan anak-anak mereka. Dan itu terbukti. Saat ini sang suami malah ikut membantu. Anak-anaknya juga membantu sepulang sekolah,” jelas Ida.

Saat ini banyak anggota kelompok dari Putri Toga Turus Lumbung yang sukses dan membuka usaha sendiri. Tak kurang empat tempat massage dan spa telah berdiri. Bahkan ada yang membuat restoran. Bu Candri dan Ni Made Ceruti misalnya, membuat pembibitan tanaman langka, upakara, tanaman obat dan tanaman hias, yang disuplai hingga keluar kota Gianyar. Bu Nico menjadi ahli body treatment, memiliki spa dan salon di Ubud dan di Singaraja. Sementara Bu Sri menjadi pemijat kesehatan hingga ke Sanur dan Denpasar.

Anggota kelompok pun berkembang pesat, yang awalnya 37 orang berkembang mencapai 150 orang. Bersama Martha Tilar, Ida Ayu Rusmarini bekerjasama membuat buku “Balinese Massage, Balinese Spa” yang diterjemahkan dalam 4 bahasa.

Kembali ke Alam

Sejak kecil Ida Ayu Rusmarini senang membantu kakek neneknya meramu obat-obatan tradisional. Kegemarannya ini membulatkan tekadnya untuk menjadi dokter. Sayangnya, selepas SMA ia tak lulus tes di Fakultas Kedokteran Udayana. Tapi ia diterima di Fakultas Pertanian. Selepas sarjana, ia makin rajin mengumpulkan tanaman langka dan mempelajari pengobatan tradisional. Ia menyiapkan lahan seluas 1,5 hektar di sekitar rumahnya untuk ditanami 387 jenis tanaman langka, tanaman obat dan tanaman upakara. Berbagai jenis tanaman obat seperti kluwek, majegau, buah base-base, daun prasman, bakung putih, kumis kucing tumbuh di samping rumahnya. Sementara pohon pace (mengkudu), Mahkota Dewa, Belimbing Wuluh, Kecibling dan masih banyak lagi merindangkan kawasan tersebut. Ada juga yang didatangkan dari Jawa, seperti pohon kesemek.

Keseriusannya akan pengobatan tradisional dengan memanfaatkan tumbuh-tumbuhan makin meningkat tatkala ia melanjutkan pendidikan S2 di Universitas Udayana yang dibarengi dengan mengikuti kursus pengobatan tradisional di Sekolah Karya Sari di Jakarta tahun 2001. Dari Sekolah Karya Sari inilah Ida Ayu Rusmarini mempelajari jenis-jenis tumbuhan dan manfaatnya untuk pengobatan. Ia gabungkan juga dengan usada dan lontar-lontar Bali yang berisi ilmu pengobatan tradisional. Ia juga mendirikan rumah praktik pengobatan tradisional “Puri Damai”, yang menggabungkan pengobatan tradisional dan modern.

Tak berhenti sampai di situ saja, Ida Ayu Rusmarini yang juga menjadi pegawai di Badan Lingkungan Hidup pemda Gianyar juga mengajarkan pelestarian tanaman obat kepada siswa Sekolah dasar di Kabupaten Gianyar. Para siswa diajarkan cara menanam, mengeringkan hingga meramu tanaman obat menjadi obat tradisional. Anak-anak juga diwajibkan membuat 5 lubang biopori di rumahnya. Dan hingga kini di Gianyar ada 8 ribu lubang biopori.

Ida Ayu Rusmarini juga mengajak rumah makan dan hotel-hotel di Ubud dan Denpasar untuk menerapkan water treatment untuk mengelola limbah cairnya. Membuat bak penampungan sementara yang ditanamai tanaman penyerap logam berat sebelum dialirkan ke sungai atau sawah-sawah penduduk. Dan sungai Ayung yang sebelumnya berada di level yang tidak bisa digunakan akhirnya membaik dan bisa digunakan oleh warga sekitar.

Atas upayanya melestarikan tanaman obat, tanaman upakara dan tanaman langka inilah, akhirya Yayasan Kehati memberikan penghargaan Peduli Lestari Kehati kepada kelompok binaannya, Putri Toga Turus Lumbung Puri Damai. [ Luluk Uliyah)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tiwul, Nasibmu Kini

Green Community dan Desa Wisata Konservasi

Cerita Secangkir Kopi